Cerita Langit Malam
Jakarta, 21 Juli '16
Hamparan langit malam terbentang luas diatas kepalaku
Bintang-bintang yang menghiasi
Menjadi teman baiknya
Begitu setianya rembulan menemani kesunyiannya
Tak akan tersaingi kesetiaannya
Hembusan angin malam menggugurkan daun yang rapuh
Namun daun, tak pernah membenci angin
Karena Ia tahu, yang rapuh tak akan bertahan lama
Dan itu semua, tentang aku, kamu, dan dia
Kau ibarat bintang yang sangat dinanti kehadirannya
Sahabat-sahabatku, ibarat rembulan yang setia
Dan aku?
Aku diciptakan seperti langit, sunyi
Namun mengapa kau tidak seperti rembulan?
Aku ingat kau bercerita
Jika dirimu tak tahan dengan hidup ini
Kau bilang, rasanya ingin mati, terlupakan
Lalu aku bertanya mengapa
Namun kau hanya menjawab dengan satu kata
Saat matamu menyiratkan ribuan kata
Satu kata yang menjadi ketakutan tersendiri selama hidupku
Cinta
Tahukah kau wahai bintang?
Bahwa langit sangat bahagia atas kehadiranmu
Walau terkadang kau tidak hadir
Percayalah, langit sangat merindukanmu
lalu, jika langit sudah berada pada titik lelahnya
Ia akan menghembuskan angin sebagai tanda kesedihannya
Angin yang menanggalkan daun-daun tak bersalah
Dan daun, persis seperti dia
Aku suka bertanya-tanya apda diriku
Mengapa manusia sungguh bodoh
Menyakiti seseorang yang mencintainya
Namun, mencintai orang yang menyakitinya
Sepeti layaknya dunia sudah terbalik
Lalu langitpun tersadar
Ia melihat gugusan bintang di ujung matanya
Dan melihat teman baiknya dulu
Ternyata, Ia lebih indah berada dalam gugusan itu
Dan aku juga tersadar atas kepergianmu selama ini
Bahwa kamu lebih memeilih bersama dia daripada menemaniku
Karena parasku berbeda jauh darimu
Itu mengapa, langit selalu dingin
Dan bintang, jarang bertaburan lagi
Namun rembulan yang mengingatkanku pada senyummu
Selalu ada disana
Menghangatkan langit, yang makin hari semakin mendingin.
xx
-shabrina.tania.e